Saturday 20 April 2019

Kenapa memilih untuk tetap bekerja (kantoran)?

1

HAPPY KARTINI DAY! Pas banget di tanggal 21 April ini, aku dan Andaruni membahas topik tentang peran wanita 😉.

Singkat cerita, kira-kira sebulan yang lalu, aku dan sahabatku yang lagi seneng-senengnya blogging tiba-tiba punya ide untuk challenge diri kita dengan cara harus posting 2x sebulan yang kita sepakati setiap tanggal 7 dan 21 setiap bulannya. Untuk postingan setiap tanggal 7 temanya bebas, sesuai dengan keinginan masing-masing aja lagi pengen bahas tentang apa. Nah untuk postingan tanggal 21, kita tentuin temanya. Jadi, mulai bulan ini in syaa Allah setiap tanggal 21 akan ada postingan kolaborasi kami dengan judul yang berbeda-beda. Daaan jangan lupa, kalau mau cari tau apa aja postingan kolaborasi kami ini, tinggal klik label amiariproject atau amiaricollab aja yah 😉

Nah, untuk tema pertamanya, kami memutuskan untuk membahas tentang working wife dan stay at home wife. Kebetulan kami memiliki keputusan yang berbeda mengenai ini, makanya kami tertarik untuk membahas ini sesuai dengan pandangan masing-masing. Jangan lupa cek juga postingan Andaruni yah!

So let’s start this first amiaricollab from my point of view…

Jadi, sampai sekarang udah punya baby K pun aku masih memilih untuk bekerja. Sebenernya pikiran untuk resign pasti ada (berkali-kali muncul malah 😂), tapi sampai saat ini isu itu masih belum terwujud. Ada beberapa alasan kenapa aku sampai sekarang memilih untuk tetap bekerja. Yuk kita mulai bahas satu per satu :

Menjaga kewarasan
Aku udah pernah bahas di postingan sebelumnya tentang persiapan sebelum punya newborn (boleh diklik ya postingannya untuk yang belum baca 😆), bahwa menjaga kewarasan itu sangat penting. Nah sampai saat ini menurutku, bekerja salah satunya yang bisa tetep menjaga kewarasanku. Karena dengan atau tanpa kita sadari, merawat bayi tuh sangat menguras emosi dan tenaga. Kalau ngga bisa jaga emosi negatif (misalnya kesel karena anak lagi rewel), bisa jadi bikin situasi jadi ngga kondusif. Misal, jadi marah-marah ke anak dengan cara yang ngga seharusnya. Kondisi ngga kondusif ini bisa jadi meningkat kalau kita lagi dalam fase "kurang waras", misal lagi berantem sama suami. Kalau aku ngga bekerja, saat berantem sama suami aku ngga bisa lupa sejenak karena ngga ada pikiran lain yang bisa mengalihkan rasa kesel ke suami itu terus (takutnya) berakibat ke emosi negatif ke anak. Beda ceritanya kalau aku bekerja, walau pun malemnya abis berantem sama suami, di kantor aku akan lupa karena banyak kerjaan yang menunggu untuk diselesaikan. Malah sering banget pas pulang udah lupa sama rasa keselnya dan udah langsung semangat lagi untuk ketemu baby K tanpa ada emosi negatif.



Supaya ada kegiatan selain mengurus anak (di rumah)
Mengurus anak memang menyenangkan, tapi aku butuh kegiatan lain selain itu untuk membuat otakku tetep fresh. Dan untuk saat ini, kegiatan itu adalah bekerja (dan blogging). Aku butuh untuk bertemu orang dewasa supaya bisa tetep up to date tentang apa yang lagi terjadi di lingkungan sekitar, atau bahkan hanya sekedar bercanda-bercanda tentang topik ringan lainnya. Dengan bekerja, setidaknya aku diharuskan bertemu dengan orang-orang dewasa lainnya yang membuat aku setidaknya harus berkomunikasi dengan mereka.

Full support dari suami
Nah ini salah satu alasan terkuat kenapa aku masih bekerja (di kantor) saat ini, karena suamiku full support agar aku tetap bekerja. Suamiku adalah salah satu support system terpenting dalam hidupku, dan dia yang paling mengerti kondisiku. Dan untuk saat ini, aku masih bekerja adalah pilihan yang terbaik untuk kami. Mungkin nanti kalau udah ada bisnis sendiri, aku bisa aja ngga bekerja di kantor lagi tapi jadi "work from home mom", siapa tau kan? Yang penting aku tetep bisa berkarya, meski pun nantinya aku udah ngga bekerja di kantor lagi.



Aku yakin, apa pun pilihan yang udah dipilih sama ibu-ibu di luar sana, entah jadi working mom atau stay at home mom atau working from home mom adalah pilihan yang terbaik yang udah didiskusikan dengan suaminya masing-masing. Jadi, sebenernya ngga perlu ada perdebatan yang mana yang lebih baik kan? Karena situasi dan kebutuhannya pun beda-beda. So, let's support each other's decision 💗

Oh ya, if any of you wondering why i choose to say "stay at home wife/mom" instead of "full time wife/mom", that's because (for me) working mom is still a full time mom. Even when we're working at the office, we're still a mom of our child(ren) and wife of our husband, no? So, i proudly say that i'm a full time mom and part time recruiter (cause i just work as recruiter at office hour, but i am a mom 24/7)

Thank tou for reading!

With love,

NSW

1 comment:

  1. Nadia ini yaa, selalu jadi inspirasikuuu dengan cara-cara pikirnya 😍 sukses terus sisss dengan pilihan-pilihan hidupmuuu *big huuggg*

    ReplyDelete